Kenal
Imam Bukhari yang mengumpulkan ribuan hadits Shahih? Tahu Hasan Albana tokoh
pergerakan Ikhwanul Muslimin? Pernah denger Sayyid Qutb yang meninggal di tiang
gantungan karena buku-bukunya ? Atau tahukah sama Asma Nadia dengan buku-bukunya yang
dibuat film mewarnai belantika perfileman Tanah Air, begitu juga dengan
Habiburrahman Elshirazy yang lebih akrab dikenal Kang Abik dengan
novel-novelnya yang booming dan mencerahkan banyak orang, kemudian Imam Malik,
Imam Hmbali, Imam Syafi’i dan yang lainnya.
Kita
mengenal mereka lewat tulisan dan buku-buku yang mereka buat. Bukan sekedar
ketenaran yang dikejar, tapi yang lebih penting dari itu, inilah salah satu metode
transfer ilmu yang disebut dakwah bil
qolam.
URGENSI DAKWAH
Dakwah
itu penting, bahkan dakwah pun menjadi kewajiban kita sebagai seorang Muslim.
Allah pun telah berfirman dalam QS. Ali-Imran : 140
“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan
orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah
dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”
Jelas
bahwa menyeru kepada kebaikan dan mencegah kepada kemungkaran itu yang akan
menjadikan kita golongan yang beruntung yaitu golongan yang kelak mendapatkan jannah dengan izin-Nya.
Sampai-sampai
Imam Ghazali mengatakan “Pemuda yang
tidak berdakwah hendaklah ditakbirkan tiga kali.” Artinya jika tidak
berdakwah seseorang itu dianggap sama seperti orang mati yang tidak memiliki
daya dan upaya.
KELEBIHAN DAKWAH BIL QOLAM
Ada
banyak cara untuk berdakwah, salah satunya lewat tulisan, seperti para tokoh
yang disebutkan di atas. Dakwah bil qolam,
atau berdakwah lewat tulisan ini jelas memiliki kelebihan di banding dahwah dengan
metode lain.
Yang pertama, siapapun bisa melakukannya
selama memiliki azzam untuk menjadi
da’i lewat menulis. Tulisan kita dapat menjadi ilmu yang bermanfaat bagi orang
lain dan menjadi salah satu amal yang tak akan putus-putusnya meski kita telah meninggal,
selama ilmu yang terkandung dalam tulisan kita mencerahkan dan diamalkan banyak
orang. Para da’i yang berjuang lewat tulisan setara dengan para syahidin,
karena di akhirat kelak tinta para da’i akan ditimbang seberat darah manusia
yang syahid.
Kemudian
yang kedua dakwah lewat tulisan pun
lebih membutuhkan kerja cerdas dalam mengolah kata-kata dan menuangkannnya
lewat tulisan. Jadi bukan hanya menyuguhkan tulisan yang padat akan ilmu tetapi
juga bagaimana caranya mengemas tulisan kita agar disajikan dengan menarik
kepada pembaca. Ini jelas bukan hal yang mudah tetapi seiring dengan proses
maka kita akan menemukan gaya tulisan kita dan dapat membedakan tulisan yang
menarik dan tidak, selain itu kita pun belajar berbahasa dan aturan dalam
membuat tulisan.
Manfaat ketiga yang kita dapatkan dari menulis, terutama bagi kita kaum muda, menulis pun bisa menjadi bentuk aktualisasi diri kita di masyarakat. Apalagi jika kita rajin mengirimkan tulisan kita di media, baik berupa opini, kisah ataupun karya fiksi. Kita tak pernah tahu bukan, bahwa ternyata tulisan kita telah menginspirasi, mencerahkan dan menambah ilmu pengetahuan bagi orang lain.
Manfaat ketiga yang kita dapatkan dari menulis, terutama bagi kita kaum muda, menulis pun bisa menjadi bentuk aktualisasi diri kita di masyarakat. Apalagi jika kita rajin mengirimkan tulisan kita di media, baik berupa opini, kisah ataupun karya fiksi. Kita tak pernah tahu bukan, bahwa ternyata tulisan kita telah menginspirasi, mencerahkan dan menambah ilmu pengetahuan bagi orang lain.
MENULISLAH !
Lalu
ketika keinginan untuk menulis itu telah muncul, dari mana kita harus
memulainya?
Mulailah dengan menuliskan hal-hal yang kita tahu dan mengungkapkan apa yang kita rasakan. Kemudian mengirimkannya ke media, penerbit atau diposting di media online seperti blog ataupun jejaring sosial. Jangan pernah berkecil hati ketika tulisan kita tidak dimuat atau ada yang mengkritik tulisan kita, teruslah menulis dan belajar. Sekolahnya para penulis adalah membaca, jadi bacalah banyak buku, galilah ilmu untuk kemudian dituangkannya kembali lewat tulisan. Selain itu kita pun harus banyak bergaul dan berdiskusi dengan orang-orang yang memiliki minat yang sama di bidang tulis menulis, yaitu dengan membentuk atau bergabung di komunitas kepenulisan.
Mulailah dengan menuliskan hal-hal yang kita tahu dan mengungkapkan apa yang kita rasakan. Kemudian mengirimkannya ke media, penerbit atau diposting di media online seperti blog ataupun jejaring sosial. Jangan pernah berkecil hati ketika tulisan kita tidak dimuat atau ada yang mengkritik tulisan kita, teruslah menulis dan belajar. Sekolahnya para penulis adalah membaca, jadi bacalah banyak buku, galilah ilmu untuk kemudian dituangkannya kembali lewat tulisan. Selain itu kita pun harus banyak bergaul dan berdiskusi dengan orang-orang yang memiliki minat yang sama di bidang tulis menulis, yaitu dengan membentuk atau bergabung di komunitas kepenulisan.
Komunitas
kepenulisan ini sangat membantu, terutama bagi penulis pemula, karena di
komunitas kepenulisan itu kita bisa berdiskusi mengenai semua hal tentang
kepenulisan seperti jenis-jenis tulisan, bagaimana contoh tulisan yang baik,
serta berbagi tulisan dan saling mengoreksi tulisan satu sama lain.
Yaa...tunggu
apa lagi
? Jadilah da’i lewat menulis. Tuliskanlah kebaikan itu
meski satu kalimat, satu paragraf ataupun satu buku. Ingat kunci untuk menjadi
penulis itu ada tiga, yaitu menulis, menulis dan menulis.
No comments:
Post a Comment